
Magelang Pos – Pakar kesehatan Prof Tjandra Yoga Aditama mengungkapkan bahwa wacana penggunaan posyandu dan pos pembinaan terpadu (posbindu) sebagai fasilitator program makan bergizi gratis bagi ibu hamil, ibu menyusui, balita, remaja putri, dan calon pengantin memerlukan perencanaan dan manajemen yang matang. Menurutnya, agar program tersebut berjalan efektif dan berhasil, perlu adanya pengelolaan yang memperhatikan lima aspek utama, yang biasa dikenal dengan konsep 5M: Man (sumber daya manusia), Money (pendanaan), Material (materi), Method (metode), dan Monitoring (pengawasan).
Sebagai salah satu solusi untuk mendukung peningkatan gizi masyarakat, khususnya di kalangan kelompok yang rentan seperti ibu hamil dan balita, penggunaan posyandu dan posbindu memang memiliki potensi besar. Posyandu, yang selama ini menjadi tempat bagi ibu hamil dan balita untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, bisa menjadi pilihan tepat untuk mendistribusikan makanan bergizi. Program ini diharapkan dapat menyasar kelompok-kelompok yang membutuhkan, termasuk remaja putri yang juga berisiko mengalami kekurangan gizi.
Namun, Prof Tjandra menegaskan bahwa meskipun memiliki dampak positif, program ini tidak lepas dari tantangan. Salah satunya adalah bagaimana menjamin kualitas dan keamanan makanan yang diberikan, terutama jika distribusi dilakukan setiap hari dan di berbagai daerah pelosok di seluruh Indonesia. Proses penyajian makanan bergizi harus dijamin tidak hanya dari segi kualitas bahan makanan tetapi juga dari segi kebersihan, sanitasi, dan ketepatan waktu penyajian. Hal ini penting untuk menghindari masalah kesehatan yang lebih besar seperti keracunan makanan atau penurunan kualitas gizi yang disebabkan oleh cara penyimpanan atau pengolahan yang tidak tepat.
Lebih lanjut, Prof Tjandra menyoroti pentingnya prinsip “from farm to plate”, yang artinya mulai dari proses pengadaan bahan makanan, pengolahan, hingga penyajiannya harus mematuhi standar yang ketat. Dari sisi logistik, program ini harus memastikan bahwa makanan yang sampai ke tangan penerima benar-benar bergizi, aman, dan tidak terkontaminasi. Hal ini akan menuntut kerjasama yang baik antara pihak-pihak terkait, mulai dari petani hingga pengelola posyandu, agar seluruh proses dapat berjalan dengan baik.
Program makan bergizi gratis ini, menurut Staf Ahli Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Ikeu Tanziha, diperkirakan akan mulai diterapkan pada Januari 2025. Meskipun demikian, program ini akan dilaksanakan secara bertahap, disesuaikan dengan kesiapan unit-unit pelayanan yang ada di lapangan. Salah satu fokus utama program ini adalah daerah-daerah yang memiliki tingkat kemiskinan tinggi dan yang menjadi lokasi prioritas untuk penurunan angka stunting.
Ikeu juga menambahkan bahwa pada tahap pertama, selain anak sekolah, kelompok sasaran yang akan dijangkau meliputi ibu hamil, ibu menyusui, dan balita. Ia menjelaskan bahwa ibu hamil yang kekurangan gizi atau balita dengan status gizi buruk akan menjadi prioritas utama, tetapi jika ada ibu hamil yang tidak kekurangan gizi di sekitar unit pelayanan, mereka juga akan diberikan makanan bergizi. Hal ini bertujuan agar lebih banyak ibu hamil dan anak-anak yang dapat merasakan manfaat dari program ini.
Namun, Ikeu mengingatkan bahwa anggaran untuk program ini belum sepenuhnya tersedia. Oleh karena itu, unit-unit pelayanan akan dibentuk secara bertahap, dimulai dari daerah dengan kebutuhan yang paling mendesak, seperti daerah dengan prevalensi stunting yang tinggi. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan program makan bergizi gratis dapat berjalan dengan lancar dan memberikan dampak positif terhadap peningkatan status gizi masyarakat Indonesia.
Secara keseluruhan, meskipun terdapat tantangan dalam pelaksanaan program makan bergizi gratis melalui posyandu dan posbindu, dengan perencanaan dan pengelolaan yang matang, program ini berpotensi besar untuk mengurangi masalah kekurangan gizi di kalangan ibu hamil, ibu menyusui, balita, serta kelompok rentan lainnya.